Arti Sebuah Persahabatan

oleh Nandi Ilham Maulana pada 1 Januari 2012 pukul 14:02 ·
Tisha seorang siswi di salah satu SMA NEGERI  di Jakarta yang sedang duduk melamun mengenang kembali kenangan dimasa lalu. Dinda ia adalah sahabat karib Tisha yang baik, ramah, dan manis. Mereka berdua adalah sahabat karib sejak mereka masih duduk di bangku TK. Keceriaan dan kesedihan mereka bagi dan mereka lalui bersama-sama. Namun semua itu hanya dapat dikenang saja, karena Tisha telah kehilangan seorang sahabat yang mungkin tak dapat tergantikan sampai kapanpun.
Kejadian tersebut terjadi sekitar 4 tahun yang lalu, ketika Tisha menegur Dinda karena telah meminjam kalung kesayangannya tanpa seizinnya lalu tanpa sengaja menghilangkannya.
Ketika ditanya Dinda yang saat itu merasa takut hanya dapat berkata maaf dan berjanji akan menggantinya. Namun Tisha tidak ingin Dinda mengganti kalungnya tersebut karena kalung itu merupakan kalung pemberian dari almarhumah neneknya.

***

“Din, aku nggak mau kamu mengganti kalungku dengan kalung yang baru. Kalung yang kamu hilangkan itu sangat berharga bagiku, dan nggak mungkin bisa kamu menggantinya dengan yang baru” Kata Tisha dengan nada sedih bercampur kesal.
“Kamu tahu nggak? kalung itu merupakan kalung pemberian almarhumah nenekku” Marahnya Tisha pada Dinda.
Wajah Tisha yang berwarna kemerah-merahan pun bertambah merah ketika ia marah pada Dinda. Air minum yang digenggamnya pun dihempaskan ke tanah sehingga membuat Dinda terkejut. Dinda yang terlihat sedih dan terkejut hanya bisa terdiam melihat sahabatnya pergi dalam keadaan marah. Sebenarnya Tisha tidak bermaksud untuk memarahi Dinda, namun pada saat itu ia dalam keadaan sangat marah sehinnga tanpa sadar ia telah membuat Dinda sedih dan menangis.
Sejak peristiwa itu Tisha dan Dinda tak pernah lagi bertegur sapa. Tisha dan Dinda yang biasanya bermain, mengobrol, dan bercanda bersama tak pernah terlihat lagi. Sampai pada akhirnya suatu hari Dinda tidak masuk sekolah.
“Sudah beberapa hari ini Dinda tidak masuk sekolah, ada apa ya dengan dia? Apa dia sakit?” Kata Tisha dalam hati sambil melihat ke arah bangku Dinda yang kosong.
Pikiran Tisha benar-benar tidak tenang. Ia selalu bertanya-tanya tentang keadaan Dinda. Sampai pada akhirnya pulang sekolah nanti ia berniat untuk datang ke rumah Dinda.
“Emmmh, nanti siang aku mau mampir ke rumah Dinda ah! sekalian kasih catatan pelajaran, dia kan sudah banyak ketinggalan pelajaran” Kata Tisha dalam hati.

***

Bel pulang sekolah pun berbunyi Tisha pun langsung bergegas pergi ke rumah Dinda. Namun, ditengah perjalanan tiba-tiba Tisha merasa ragu niatnya untuk pergi ke rumah Dinda, karena ia merasa segan untuk bertemu Dinda mengingat ia telah menyakiti hati Dinda ketika di sekolah tempo hari. Akhirnya Tisha pun mengurungkan niatnya tersebut dan berbalik arah menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah ia langsung masuk kamar dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, sehingga ia tertidur. Ketika ia tidur ia bermimpi, dan didalam mimpinya ia melihat Dinda yang sedang menangis sambil memegang kalung Tisha yang pernah dihilangkannya, ketika itu wajah Dinda benar-benar terlihat sangat sedih. Sewaktu Tisha ingin menghampiri Dinda tiba-tiba mamahnya Tisha membangunkannya.
“Tisha ayo bangun! cepat ganti baju, kita segera pergi ke rumah Dinda. Tadi ibunya menelpon kita disuruh segera datang ke rumah Dinda” Kata Bu Aini mamahnya Tisha.
Suara mamahnya Tisha terdengar tergesa-gesa ketika menyuruhnya berganti pakaian, sehingga membuat Tisha bingung dan resah. Ia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi.  Detak jantungnya pun tiba-tiba berdenyut kencang.
“Ya Allah ada apa ini? Mengapa jatungku tiba-tiba berdenyut kencang, semoga tidak terjadi sesuatu hal yang buruk. Amiin” Kata Tisha sambil berdoa.

***

Setibanya di rumah Dinda terlihat banyak sanak saudara yang berkumpul di rumah itu. Namun ia terus berjalan sampai akhirnya ia bertemu dengan Bu Shani mamahnya Dinda.
“Tante ada apa ini? Kenapa tante nangis? dan kenapa di rumah ini banyak orang? Mana Dinda tante?” Tanya Tisha dengan wajah bingung.
Dengan nada sedih dan berlinangan air mata mamahnya dinda mengatakan bahwa Dinda telah di tabrak lari oleh sebuah mobil, ketika ia ingin pergi menemui Tisha
“Pada saat itu Dinda sedang dalam keadaan sakit. Namun ia tetap memaksakan diri untuk pergi menemui mu. Sampai akhirnya di tengah perjalanan ada sebuah mobil yang menabraknya. Dan ketika dibawa ke rumah sakit ternyata nyawanya tak dapat tertolong lagi” Kata Bu Shani sambil menjatuhkan air mata.
“Ketika itu ia membawa sebuah surat yang ditujukan buat mu. Ini suratnya!” Ujar Bu Shani sambil memberikan surat pada Tisha.
Tisha pun menerima surat tersebut dalam keadaan masih tidak percaya bahwa sahabat karibnya itu telah tiada. Didalam surat tersebut terucap kata permintaan maaf yang ingin diucapkan Dinda kepada Tisha.

Dear Sahabat Karibku Tisha

Aku ingin meminta maaf karena telah membuat kamu marah dan sedih. Sungguh aku tidak berniat untuk meminjam kalung kesayangan mu itu tanpa seizinmu, lalu tanpa sengaja aku telah menghilangkanya. Ketika itu aku ingin meminta izin kepada mu, tapi kamu sedang tidak ada. Aku piker kalau hanya pinjam sebentar tidak apa-apa, Tapi waktu aku ingin mengembalikanyaaku lupa menyimpan diman kalung itu. Aku terus mencarinya namun tetap tidak ketemu. Aku sunggah menyesal atas Perbuatanku itu, aku janji tidak akan mengulanginya kembali. Aku benar-benar minta maaf, aku harap kamu nggak marah lagi sama aku. Aku ingin kita bisa bersama lagi seperti dulu. Sekali lagi aku minta maaf ya.

Sahabat Karibmu Dinda

Setelah membaca surat terakhir dari Dinda itu, tangis Tisha pun pecah. Diwajahnya penuh dengan linangan air mata. Ia tak sanggup menahan kesedihan, setelah membaca surat dari sahabatnya itu. Ia sangat menyesal telah memarahi Dinda hanya karena sebuah kalung, ia sadar bahwa Dinda sahabatnya itu lebih berharga dari pada kalung yang telah di hilangkannya itu. Tisha ingin sekali memeluk Dinda dan meminta maaf kapadanya karena telah menyakiti hatinya. Namun ia sadar bahwa semuanya sudah terlambat, karena Dinda telah meninggalkanya untuk selamanya.

***

Bel sekolah pun berbunyi, pertanda kelas akan di mulai lagi. Tepukan temannya pun membangunkannya dari lamunan kenangan 4 tahun yang lalu. Sejak itu ia memiliki sahabat baru dan berjanji tidak akan mengulang perbuatannya di masa lalu. Tisha pun selalu berdoa agar Dinda selalu tersenyum di alam sana.